Kamis, 16 Februari 2012

Makalah Peranan Keturunan dan Lingkungan dalam Perkembangan Tingkah Laku Anak


MAKALAH

PERANAN KETURUNAN DAN LINGKUNGAN

DALAM TINGKAH LAKU

Dosen Pengampu : Drs.Suripto, M.Pd


Disusun Oleh :

Nama : Yuni Ambarsari

NIM : K7109215

Kelas : V B


PROGRAM S1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011



BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia itu unik dan berbeda, dari perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interkasi sosial diantara manusia. Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedaan tetapi ada juga yang tidak merasa nyaman dalam perbedaan yang ada.

Setiap manusia memiliki perbedaan dalam berperilaku karena teori pertama menyatakan perbedaan itu dibawanya sejak lahir, teori kedua karena proses penyerapan informasi yang berbeda dari individu tersebut. Bahkan kedua teori tersebut mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak.

Manusia berbeda perilakunya juga karena adanya perbedaan kebutuhan dan lingkungan. Manusia berbeda karena mempunyai lingkungan yang berbeda dalam mempengaruhinya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia, suatu keputusan yang di buat oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa yang terjadi di luar dari dirinya dengan kata lain motivasi exsternal berperan disini. Lingkungan membentuk manusia menjadi baik kah atau menjadi jahat, ramah atau sombong,dll. Sebagai makhluk social yang harus hidup berdampingan dengan orang lain, kita perlu mengetahui bagaimana harus bertingkah laku yang baik guna kelangsungan hidup bermasyarakat dan apa factor yang berperan dalam perkembangan tingkah laku individu.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa masalah antara lain :

1) Apa yang dimaksud dengan tingkah laku?

2) Apa saja factor-faktor penentu tingkah laku?

3) Bagaimana peranan keturunan dalam perkembangan tingkah laku ?

4) Bagaimana peranan lingkungan dalam perkembangan tingkah laku?

5) Bagaimana hubungan hereditas atau keturunan dengan lingkungan terkait pembentukan tingkah laku anak?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini diantaranya :

1) Mengetahui dan memahami pengertian tingkah laku.

2) Mengetahui dan memahami factor-faktor penentu tingkah laku.

3) Mengetahui dan memahami peranan keturunan dalam perkembangan tingkah laku.

4) Mengetahui dan memahami peranan lingkungan dalam perkembangan tingkah laku.

5) Mengetahui dan memahami bagaimana hereditas atau keturunan dengan lingkungan terkait pembentukan tingkah laku anak?

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis memperhatikan sistematika penulisan yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan bacaan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini terdiri dari tiga bagian utama, pendahuluan, pembahasan, dan penutupan. Pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Pembahasan yang merupakan ulasan dan inti makalah yang mengulas peranan keturunan dan lingkungan dalam tingkah laku. Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TINGKAH LAKU

Dalam kehidupan bermasyarakat kita tidak dapat lepas dari tingkah laku. Orang akan dihargai dalam lingkungannya bukan hanya karena jabatan atau gelar yang dimilikinya melainkan pada tingkah lakunya. Perilaku yang terpuji akan mendapat respon yang baik dalam menciptakan kenyamanan hidup bermasyarakat. Perilaku tercela akan menjatuhkan diri sendiri dalam lingkungan sosial.

Beberapa ahli memberikan definisi tentang pengertian tingkah laku. Sebagaimana Myers (1983) yang mendefinisikan tingkah laku sebagai sikap yang diekspresikan (expressed attitudes). Perilaku dengan sikap saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Bimo walgito (2003) juga berpendapat bahwa sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau tingkah laku orang yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah kumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi dan atau genetika, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sutisna Senjaya.Dari uaraian diatas maka dapat saya simpulkan bahwa tingkah laku adalah sikap atau perbuatan yang dimiliki seseorang sebagai bekal dalam berinteraksi dalam masyarakat. Tingkah laku dapat berupa perbuatan ataupun perkataan dari individu.

Tingkah laku tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus internal maupun eksternal. Beberapa sikap yang dimiliki orang tua memang akan diturunkan kepada anaknya, tapi dalam perkembangannya tingkah laku individu dapat mempengaruhi individu sendiri, selain itu perilaku juga berpengaruh pada lingkungan. Demikian pula lingkungan mampu mempengaruhi tingkah laku individu.

B. FAKTOR PENENTU TINGKAH LAKU

Faktor-faktor penentu tingkah laku adalah sebagai berikut :

1. Faktor keturunan

Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu.Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu kom posisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.

Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir.Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan.Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.

Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.

2. Faktor lingkungan

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.

C. PERANAN KETURUNAN DALAM PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU

Faktor keturunan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan individu adalah faktor ketururan yang merupakan pembawaan sejak lahir atau berdasarkan keturunan, seperti : konstitusi dan struktur fisik, kecakapan potensial (bakat dan kecerdasan). Berbeda dengan faktor lingkungan, faktor keturunan pada umumnya cenderung bersifat kodrati yang sulit untuk dimodifikasi.

Seberapa kuat pengaruh keturunan sangat bergantung pada besarnya kualitas gen yang dimiliki oleh orang tuanya (ayah atau ibu).

Berdasarkan percobaannya dengan cara mengawinkan bunga merah dengan bunga putih, Gregor Mendel mengemukakan pandangannya, bahwa : (1) tiap-tiap sifat (traits) makhluk hidup itu dikendalikan oleh keturunan; (2) tiap-tiap pasangan faktor keturunan menentukan bentuk alternatif sesamanya, dan satu dari pada pasangan alternatif itu memegang pengaruh besar; dan (3) pada waktu proses pembentukan sel-sel kelamin, pasangan faktor keturunan itu memisah, dan tiap-tiap sel kelaminnya menerima salah satu faktor dari pasangan keturunan itu.

Hasil percobaan Mendel ini menjelaskan kepada kita bahwa faktor keturunan memegang peranan penting bagi perilaku dan pribadi individu. Beberapa asas tentang keturunan di bawah ini akan memberikan gambaran pembanding kepada kita tentang apa-apa yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya :

1.Asas Reproduksi

Menurut asas ini bahwa kecakapan (achievement) dari masing-masing ayah atau ibunya tidak dapat diturunkan kepada anak-anaknya. Sifat-sifat atau ciri-ciri perilaku yang diturunkan orang tua kepada anaknya hanyalah bersifat reproduksi, yaitu memunculkan kembali mengenai apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih saja, dan bukan didasarkan pada perilaku orang tua yang diperolehnya melalui hasil belajar atau hasil berinteraksi dengan lingkungannya.

2.Asas Variasi

Bahwa penurunan sifat pembawaan dari orang tua kepada anak-anaknya akan bervariasi, baik mengenai kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini disebabkan karena pada waktu terjadinya pembuahan komposisi gen berbeda-beda, baik yang berasal dari ayah maupun ibu. Oleh karena itu, akan didapati beberapa perbedaan sifat dan ciri-ciri perilaku individu dari orang yang bersaudara, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama, sehingga mungkin saja kakaknya lebih banyak menyerupai sifat dan ciri-ciri perilaku ayahnya sedangkan adiknya lebih banyak menyerupai sifat dan ciri-ciri perilaku ibunya atau sebaliknya.

3.Asas Regresi Filial

Terjadi pensurutan sifat atau ciri perilaku dari kedua orangtua pada anaknya yang disebabkan oleh gaya tarik-menarik dalam perpaduan pembawaan ayah dan ibunya, sehingga akan didapati sebagian kecil dari sifat-sifat ayahnya dan sebagian kecil pula dari sifat-sifat ibunya. Sedangkan perbandingannya mana yang lebih besar antara sifat-sifat ayah dan ibunya ini sangat tergantung kepada daya kekuatan tarik menarik dari pada masing-masing sifat keturunan tersebut.

4.Asas Jenis Menyilang

Menurut asas ini bahwa apa yang diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran menyilang jenis. Seorang anak perempuan akan lebih banyak memilki sifat-sifat dan tingkah laku ayahnya, sedangkan bagi anak laki-laki akan lebih banyak memilki sifat pada ibunya.

5.Asas konformitas

Berdasarkan asas konformitas ini bahwa seorang anak akan lebih banyak memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.Misalnya, orang Eropa akan menyerupai sifat-sifat dan ciri-ciri tingkah laku seperti orang-orang Eropa lainnya dibandingkan dengan orang-orang Asia.

Asas-asas di atas hanya sekedar gambaran untuk memahami kemungkinan-kemungkinan tentang apa-apa yang diwariskan dari orang tua terhadap anaknya dan tidak bersifat mutlak

D. PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP TINGKAH LAKU

Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik, sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakan-gerakan dalam dan kondisi lingkungan luar.

Akal memang bagian diri manusia yang dikaruniakan Tuhan sejak kita lahir. Dengan akal ini manusia dapat berfikir, namun akal tidak akan berguna apabila tidak ada lingkungan disekitarnya yang akan diubah. Dengan kata lain lingkungan akan mengubah dan membentuk prilaku manusia yang ada di dalamnya. Manusia akan berinteraksi dan berusaha untuk bertahan dalam lingkungan dimana dia berada. Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah mengubah perilaku sesuai lingkungan tempat tinggalnya sehingga dia akan bisa terus bertahan didalam lingkungan tersebut.

Berikut contoh hubungan lingkungan dengan manusia :

- Dibanding dengan anak lain dan variabel lain yang konstan, anak usia 7 tahun dari rumah tangga bersesakan ternyata sembilan bulan terbelakang dalam membaca, perbedaan pendengaran.

- Seseorang yang pindah dari tempat lain akan mengubah perilakunya di tempat baru agar bisa diterima di lingkungan baru tersebut.

Dari beberapa pernyataan diatas, jelas bahwa lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Penjara salah satu contoh tempat yang bisa mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Jika ada orang ditempatkan kedalam hutan, maka secara otomatis dia akan mengubah perilakunya demi kelangsungan hidupnya.

Dimensi lingkungan bisa dibedakan menjadi tiga kelompok yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kultural. Ketiga dimensi ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku manusia.Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Setiap orang dapat mempunyai gambaran yang berbeda sesuai proses persepsi masing-masing.

Lingkungan binaan merupakan sistem yang dibentuk oleh sub-sub sistem. Hal terpenting dari pengaruh ruang terhadap perilaku manusia adalah fungsi atau pemakaian dari ruang tersebut. Ada dua macam ruang yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu ruang yang dirancang untuk memenuhi suatu fungsi dan tujuan serta ruang yang dirancang untuk memenuhi fungsi yang lebih fleksibel.

E. HUBUNGAN PERANAN KETURUNAN DAN LINGKUNGAN DALAM PEMBENTUKAN TINGKAH LAKU

Beberapa sifat yang menentukan tingkah laku anak berasal dari sifat bawaan orang tua yang disebut keturunan. Dalam satu keturunan tingkah laku adik dan kakak tentu berbeda, hal ini tidak hanya dikarenakan sifat yang diwariskan lebih dominan pada adik atau lebih dominan pada kakaknya tetapi juga akibat interaksi dengan lingkungan. Antara hereditas dan lingkungan terjadi interaksi, dimana setiap faktor hereditas beroperasi dengan cara berbeda-beda sesuai kondisi lingkungan yang berbeda pula.

Beberapa ahli meneliti tingkah laku anak hingga menghasilkan beberapa aliran. Salah satu aliran yang berhubungan dengan hereditas dan lingkungan dalam pembentukan tingkah laku anak yaitu aliran konvergensi. Aliran konvergensi menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan tingkah laku manusia. Tokoh utama konvergensi bernama Louis William Stern (1871-1938), seorang filosof dan psikolog Jerman.

Menentukan faktor yang mempengaruhi tingkah laku. Louis William tidak hanya berpegang pada lingkungan saja dan tidak pula berpegang pada faktor keturunan saja. Beliau berpendapat baik faktor lingkuungan dan faktor keturunan memiliki peran penting. Faktor keturunan, tidak akan berarti apabila tanpa adanya faktor pengalaman yang didapat dari kehidupan dalam bermasyarakat di lingkungan. Faktor lingkungan tanpa faktor sifat dan intelegensi pembawaan tak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan. Sebagai contoh, anak yang lahir dari keluarga santri atau kyai, kelak ia akan menjadi ahli agama dengan tingkah laku positif apabila ia dididik di lingkungan keagamaan. Tapi, apabila dia hidup di jalanan dengan lingkungan serba keras untuk berjuang, maka tingkah laku anak tersebut tentu tidak akan sama dengan anak dalam lingkungan agama.

Dari uraian diatas, menunjukkan pentingnya pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap tingkah laku anak. Keduanya tidak dapat berdiri sendiri, Diperlukan lingkungan yang kondusif demi meningkatan/mewujudkan sifat bawaan (keturunan). Itu berarti sifat-sifat yang diturunkan tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya interaksi dengan lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun alam sekitar.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tingkah laku adalah sikap atau perbuatan yang dimiliki seseorang sebagai bekal dalam berinteraksi dalam masyarakat. Tingkah laku dapat berupa perbuatan ataupun perkataan dari individu. Hereditas merupakan pembawaan sejak lahir atau berdasarkan keturunan. Sifat-sifat dan intelegensi merupakan contoh dari beberapa hereditas yang mampu mempengaruhi tingkah laku individu. Lingkungan merupakan tempat beberapa benda dan makhluk hidup termasuk manusia dengan beberapa tingkah lakunya yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup. Yang termasuk lingkungan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari uraian diatas, menunjukkan pentingnya pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap tingkah laku anak. Keduanya tidak dapat berdiri sendiri, diperlukan lingkungan yang kondusif demi meningkatan/mewujudkan sifat bawaan (keturunan). Itu berarti sifat-sifat yang diturunkan tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya interaksi dengan lingkungan.

B. SARAN

Penulis mengetahui bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umunya maupun bagi penulis pada khususnya.




DAFTAR PUSTAKA

Sumantri,mulyani.2001. Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Universitas Terbuka

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/faktor-keturunan-dan-individu/

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/11/memahami-perilaku-individu-2/

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/07/pengaruh-lingkungan-terhadap-individu/

: http://agussyafii.blogspot.com/2009/04/pengaruh-lingkungan-pada-tingkah-laku.html#ixzz1Zaml1P00

http://anstone.wordpress.com/architecture-info/pengaruh-lingkungan-terhadap-perilaku/

http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/07/lingkungan-perkembangan-anak/

Minggu, 30 Oktober 2011

Mempersiapkan Pembelajaran dengan Keunikan Otak Pebelajar

Pada dasarnya otak manusia itu unik. Menurut teori otak ini, otak manusia di bagi menjadi 3 yaitu otak reptil, sistem limbik, dan neikorteks. Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak. Jika proses pembelajaran mampu mencapai otak neokorteks, maka otak reptil dan sistem limbik akan terkembangkan. Struktur otak manusia sendiri diwarnai dengan variasi yang berkaitan dengan bakat seseorang. Bakat tersebut merupakan bawaan sejak lain atau dengan kata lain genetik, namun bakat disini juga bisa dibentuk dari faktor lain seperti lingkungan. Bakat erat kaitannya dengan intelegensi namun belum tentu orang yang memiliki intelegensi tinggi adalah orang berbakat.

Otak manusia yang unik tersebut memiliki 2 belahan. Otak kiri yang berperan dalam kemampuan baca, tulis, hitung dan fungsi kognitif lainnya. Sementara otak kanan sebagai bentuk berpikir paralel, kreatif, intuitif, dan imajinatif dan sebagai penghubung kedua belahan tersebut terdapat otak tengah. Otak kita bersifat plastis, artinya semakin banyak kita isi, otak akan semakin mekar. Dalam otak kita terdapat berbagai macam informasi yang bisa bersifat short term memory dan long term memory.

Pada setiap tahap perkembangan otak, sejumlah gen tertentu dipengaruhi oleh factor lingkungan tertentu. Gen tidak membentuk pola pembelajaran, namun mereka memang merepresentasikan risiko atau kesempatan yang diperkaya, kesempatan baginya untuk menjadi seorang jenius menjadi rendah. Di sisi lain, seseorang dengan gen rata-rata, yang dibesarkan dalam lingkungan yang mendukung dan menstimulasi secara intelektual, bisa saja mencapai tingkat yang sangat luar biasa disebabkan oleh lingkungannya yang diperkaya.

Apa yang diyakini sesorang tentang dirinya dapat mempengaruhi pembelajaran dengan sangat kuat. Apabila seorang pembelajar merasa diberdayakan maka keyakinan-keyakinannya akan cenderung lebih positif. Sikap positif tesebut membangun kekuatan di atas dirinya dan sangat membantu dalam pembelajaran. Keyakinan internal atas dirinya sendiri dan lingkungannya adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi sikap eksternalnya.

Untuk dapat memperoleh keyakinan positif tersebut diats tentunya pembelajar perlu dipersiapkan dengan baik segala sesuatunya. Tak luput pula nutrisi-nutrisi yang baik agar dapat membentuk otak yang baik bagi pembelajar guna kelancaran pembelajaran. Nutrisi yang baik menunjang pemfungsian neuron-neuron yang sehat, bahan bangunan yang penting bagi performa mental. Kebutuhan yang paling penting adalah oksigen dan glukosa, diperoleh dengan cara mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan. Otak juga membutuhkan air murni (air putih) setiap hari untuk pembelajaran yang optimal Selain air dan oksigen, Judith Wurtman, Ph.D. (1986) dalam Eric Jensen (2007) mengatakan bahwa asam amino dapat mempengaruhi tahap pembelajaran, baik secara positif maupun negatif.

Selain nutrisi, mental si pembelajar juga perlu dibentuk dalam mempersiapkan pembelajaran. salah satunya dengan tidak membatasi cita-cita tujuan dan sasaran dari proses pembelajaran tersebut. Biarkan para siswa menetapkan sasrannya sendiri dan buatlah mereka menemukan keyakinan atas diri mereka yang dapat mendukung. Ajak para pembelajar untuk menentukan sasaran dalam jangka pndek untuk satu hari sebagai pelengkap bagi sasaran jangka panjang. Pastikan bahwa sasaran tersebut positf, terukur dan dapat dicapai. Sebuah studi yang dilakukan di Oxford University (Drake1996) menemukan bahwa visualisasi sebelum aktivitas pembelajaran juga dapat meningkatkan pembelajaran. Guru sebaiknya menciptakan rutinitas harian bagi pembelajar, sebelum memulai pembelajaran buatlah agar pembelajar melakukan beberapa peregangan fisik dan pemanasan mental seperti parmainan peran, pertanyaan-pertanyaan yang memancing, atau olah pikir.

Kesemuaanya itu dilakukan agar dapat meningkatkan intelegensi tanpa batas menggunakan pengayaan yang sesuai dengan kondisi lingkungan bagi pembelajar. Seorang anak mampu meningkatkan intelegensinya mengunakan stimulasi mental. Anak yang berada di lingkungan pembelajaran yang menantang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi. Efek pengayaan tetap kuat pada semua usia. Otak manusia dapat dan terus menumbuhkan sel-sel baru atau neurogenesis, neurogenesis yang jelas terlihat pada hipokampus, bagian yang peka bagi pembelajaran dan memori. Perubahan spesifik pada neuron ditemukan paling cepat 48 jam setelah pemaparan. Tugas-tugas pembelajaran yang kompleks dan menantanglebih baik daripada yang sederhana dan mudah. Lebih banyak interaksi dan gerak tubuh lebih baik daripada isolasi dan kurang aktif. Lingkungan yang membosankan akan menipiskan korteksdaripada lingkungan yang diperkaya. otak manusia dapat diperkaya dengan cara memperkaya lingkungan. Untuk memperkaya lingkungan dapat dilakukan dengan kegiatan seperti menciptakan lingkungan yang multisensori.

Sedangkan untuk mereka yang sudah dewasa untuk memperkaya otak mereka. Pertama, ambilah kursus yang tidak pernah Anda pikirkan; kedua, pergilah ke tempat-tempat yang belum pernah Anda kunjungi; ketiga, lakukanlah sesuatu yang menantang Anda secara fisik dan emosional; keempat, teladanilah seseorang yang ahli dalam melakukan sesuatu yang menarik minat Anda; kelima, berlanggananlah koran atau majalah yang berbeda sama sekali dengan yang pernah Anda lnggan;keenam, ikut dan bergabunglah dengan kegiatan sosial-budaya yang baru; dan ketujuh, kembangkanlah hobi yang baru.

Saat ini sekolah- sekolah yang ada semakin aktif dalam menciptakan berbagai macam lingkungan yang diperkaya yang sesuai bagi otak siswa. Pembelajaran langsung dalam dunia nyata saat ini terlihat member inspirasi seperti termasuk kunjungan lapangan, kunjungan atu studi di luar negeri, studi pustaka, ligkungan di sekitar rumah, taman, latihan langsung, konvensi, reli, pertemuan khusus, atau berlibur, semua ini bervariasi dan dapat memperkaya yang terjadi secara alamiah dalam kehidupan.


Study Kasus dengan Fleksibilitas Gaya Belajar dan Pembelajaran

Inovasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung kemajuan di bidang pendidikan. Inovasi pembelajaran merupakan penyempurnaan dari sistem, model dan metode-metode pembelajaran yang terdahulu, yang dapat kita ambil sisi baiknya dan direvisi sisi buruknya. Berbagai ide-ide banyak yang muncul yang telah disumbangkan kedalam inovasi pembelajaran sehingga terciptalah manufer-manufer terbaru dalam dunia pendidikan yang diarahkan guna mengoptimalkan proses dan hasil belajar peserta didik.

Peserta didik diarahkan agar menjadi pribadi yang kritis, kreatif dan problem solver. Banyak metode-metode yang bertujuannya mengarahkan anak ke tahap itu, namun perlu banyak penyempurnaan lagi.

Nah, disini ide yang akan saya turut sumbangkan dalam inovasi pembelajaran yaitu sebagai seorang guru kita dapat menggunakan cara belajar Study Kasus dengan Fleksibilitas Gaya Belajar dan Pembelajaran.

Study kasus dengan fleksibilitas gaya belajar dan pembelajaran merupakan suatu pembelajaran dengan belajar menggunakan studi kasus, siswa diberikan suatu masalah atau kasus, mereka dilatih untuk mengidentifikasi kasus tersebut dan mencari jalan keluar terbaik untuk masalah tersebut namun dengan caranya sendiri dan dengan gaya belajar yang mereka sukai. Banyak pembelajar yang kelihatannya apatis akan menjadi lebih antusias ketika pembelajaran disampaikan dan dilakukan dalam gaya yang lebih mereka sukai. Dengan memberikan variasi yang terus menerus dan memaparkan kepada para pembelajar dengan berbagai macam gaya pembelajaran, paparan tersebut akan membantu mereka menjadi pembelajar yang fleksibel. Kita juga dapat menciptakan opsi bagi pembelajar supaya mereka terberdayakan untuk belajar secara efektif dan efisien dengan gaya yang lebih mereka sukai. Dengan begitu dalam prosesnya mencari jalan keluar dari masalah yang diberikan kepada mereka, peserta didik akan mengalami masa dimana mereka harus berpikir kritis dan keras untuk menemukan solusi dari kasus yang mereka terima. Secara tidak langsung otak mereka akan terberdayakan kreatifitasnya untuk mengatasi masalah.

Penerapan study kasus dengan fleksibilitas gaya belajar dan pembelajaran ini sebagai contoh misalnya dengan langkah-langkah sebagai guru kita harus memulai kelas dengan cara yang menimbulkan gairah belajar bagi anak didik, misalnya dengan menanyakan kabar mereka hari ini, menciptakan suasana kelas senyaman mungkin dan tidak membosankan, bernyayi bersama sebagai pengantar ke dalam materi yang akan diajarkan hari itu, berusaha seramah mungkin dengan anak didik. Hal-hal tersebut akan membangkitkan pikiran-pikiran positif di benak peserta didik. Kemudian masuk ke dalam materi, peserta didik dibebaskan mencari dan menerima materi yang akan diajarkan (misalnya, ketika pelajaran IPA peserta didik dapat belajar dan mencari inofrmasi mengenai tumbuhan dengan metode eksperimen bagi peserta didik yang menyukai metode ini, maupun dengan diskusi dengan teman yang memiliki gaya belajar diskusi juga, dsb) kemudian memberikan masalah kepada peseta didik (mengapa tumbuhan tidak berpindah tempat, apakah tumbuhan dapat menerima rangsang dan masalah-masalah lainnya), mereka akan mencari dan menjawab masalah-masalah tersebut dengan cara dan gaya belajar yang mereka sukai hingga mereka akan berkreatif menemukan solusi yang memuaskan curiousity atau rasa ingin tahu mereka.

Study kasus dengan fleksibilitas gaya belajar dan pembelajaran ini cocok diterapkan kapan saja dengan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Pembelajaran seperti ini sesuai untuk anak SD baik itu SD kota maupun SD pinggiran. Terutama pada kelas-kelas tinggi seperti kelas IV, V, dan VI. Pembelajaran ini patut diterapkan karena dapat memacu kreatifitas, kemandirian siswa menyelesaikan masalah dan berpikir kritis sebagai seorang problem solver.

Pembelajaran yang seperti ini juga memiliki kekurangan. Karena apabila pembelajaran seperti ini diterapkan, guru harus mencurahkan perhatiannya sepenuhnya kepada masing-masing individu karena tentunya gaya belajar siswa satu dengan yang lainnya berbeda dan semua peserta didik juga membutuhkan bimbingan dari guru, jadi mungkin akan memakan banyak waktu dan biaya kerena menuntut peralatan yang memadai baik dari segi jumlah maupun kualitas untuk memenuhi gaya belajar dari setiap masing-masing siswa. Dan pembelajaran seperti ini akan memanjakan siswa yang malas menerima dan menyelesaikan tugas, karena mereka merasa diberi kebebasan dalam menyelesaikan tugas dan mereka bisa semaunya sendiri dalam mengerjakan tugas. Pada intinya siswa yang malas akan semakin malas karena adanya kebebasan dalam belajar.

Akan tetapi menurut saya pembelajaran seperti ini memiliki juga banyak kelebihan, pembelajar akan dengan senang hati menerima materi dan tugas karena mereka diberi kebebasan untuk menyelesaikannya dengan gaya belajar yang mereka kuasai namun dapat melatih otak mereka untuk berfikir secara kritis dan kreatif tanpa rasa tertekan dan keterpaksaan. Pembelajaran seperti ini juga dapat membuat siswa terpusat perhatiaanya pada objek materi yang diajarkan, siswa dapat mengembangkan kemampuan dan bakatnya dalam menyelesaikan masalah. Maka nantinya diharapkan dengan begitu akan mencapai hasil yang maksimal. Selain itu juga diantara guru dan siswa dan siswa dengan siswa dapat tercipta hubungan saling mengharagai gaya belajar dan pembelajaran masing-masing.